[Cerpen] Karena Kesalahanku

 
Hari Minggu menurutku hari yang mengasyikan namun, aku mengalami hal yang tidak baik. Aku kehilangan dompet beserta isi dompetnya. Rasa gelisah dan tak menentu menghantuiku. Aku tak tahu dimana letak dompetku sekarang. 
“Sebelum kamu kehilangan dompet, kau berada dimana, Nak?”
“Aku belanja di warung pojok Bu Marni,Bu. Setelah itu aku diajak temanku pergi ke rumahnya.”
Ibu memberikan saran padaku untuk kembali ke warung pojok itu dan mencari dompetku. 

  Keesokan harinya aku berpamitan dengan Ibu untuk mulai mencari. Ternyata warung itu belum buka dengan rasa gelisah aku berusaha menunggu sampai warung pojok itu dibuka, supaya dapat mencari atau menanyakan kepada Bu Mar adakah dompet yang tertinggal.Waktu telah menunjukkan pukul 08.00 WIB, Bu Mar datang dengan penuh senyum untuk membuka warungnya.
“Selamat pagi, Bu!”
“Selamat pagi, Nduk. Ada apa ini kok gasik banget ke warung saya?”
“Ini Bu, saya sedang mencari dompet saya yang hilang. Pada Sabtu sore, saya dengan teman saya makan disini. Apakah Ibu menemukan dompet warna biru tua, yang ada gambar bunganya?”
“Oalah itu toh Nduk”
“Ibu tau?”
“Saya belum selesai jawab Nduk. Saya tidak tahu, wong saya cuma sebentar jualnya. Emang ana apa wae, Nduk?”
“Ya duit, sama kartu-kartu pribadi, Bu. Yasudah, kalau gitu saya cari di tempat yang lain saja. Sebelumnya terimakasih Bu, sudah mengganggu hehehe…” 

  Tujuanku yang lain yaitu ke rumah temanku. Seingatku aku sempat mengeluarkan uang di sana. Sampai sana, kutanyakan padanya apakah dia melihat dompetku namun, dia menggelengkan kepala atas ketidak adanya dompetku di rumahnya. Lalu, dia mengingatkan padaku kalau setelah pulang dari rumahnya aku membeli pulsa di dekat rumahnya. Kemudian, aku kembali mengulang dengan keadaan mata yang sembab.
Saat sampai di warcell, aku bertanya kepada pemilik counter itu 
“Permisi, Mbak hari Sabtu saya beli pulsa disini. Nah, saya kehilangan dompet saya. Apakah mbak melihatnya?” 
“Maaf, dompetnya berwarna apa ya kalau saya boleh tahu?” 
“Warnanya biru tua, ada gambar bunganya” “Kalau itu saya kurang tahu, waktu itu memang ada dompet hilang tapi warnanya merah dan orangnya sudah saya kabari untuk mengambilnya” 
“Huh, yasudah Mbak. Terima kasih dan maaf sudah mengganggu”
Sesudah itu kuputuskan untuk pulang ke rumah, karena sudah frustasi. Ibu dan Ayah ikut bersedih dan tetap mendoakan supaya dompet itu masih bisa ditemukan. 

  Sore harinya, ada tamu datang. Aku segera membukakan pintu untuknya. Sebelumnya aku belum pernah mengenal orang ini, walaupun tampan tapi masih mencurigakan. Aku pergi ke dapur untuk mengambilkannya air putih dan snack ringan. Dia membuka percakapannya, 
“Maaf Neng, nggak usah repot-repot. Saya teh ke sini cuma mengembalikan dompet eneng.” 
“Alhamdulillah Ya Allah. Kok bisa dompet ini ditangan Anda?” 
“Saya menemukan dompet ini di dekat warcell jalan mawar. Demi Allah saya tidak melihat nominal uang yang ada. Saya hanya melihat kartu identitas anda untuk mengetahui alamat anda dan segera saya kembalikan.” 
“Mulia sekali anda. Terima kasih banyak. Sebagai tanda terima kasih, ini untuk anda mohon diterima.” “Mohon maaf, saya hanya berniat untuk mengembalikan. Kalau gitu saya pulang ya neng”
Aku tak menyangka masih ada orang seperti dia di sini. Aku mencoba untuk lebih berhati-hati dan tidak melakukan keteledoran lagi. Ya, memang ini kesalahanku.



Winda Kurnia Sari

Comments

Popular posts from this blog

Tanda tangan super junior ( 서명 슈퍼 주니어 )

CONTOH PAWARTA BASA JAWA

Stitch;)